Pernah dengar istilah seperti
ini “Penulis yang baik adalah pembaca yang baik?” Ya, kebanyakan seorang
penulis suka membaca, tetapi sebaliknya, seorang kutu buku belum tentu suka
menulis. Gimana sepakat? Syukur bila banyak yang sepakat. Buat yang tak sepakat
boleh tutup blog ini sekarang juga, hehe…
Nah, sidang pembaca yang
budiman. Kalian tentu tahu kan sama Negara Jepang? Atau jangan-jangan ada yang
sudah pernah ke sana? Selamat deh buat yang pernah mendaratkan kakinya di
negara sakura itu.
Jepang pernah memberitakan
bahwasanya koran terbesar mereka setiap harinya bisa terbit dengan jumlah oplah
empat kali lebih besar dari jumlah penduduk Jepang itu sendiri lho. Wow
amazing! Emang kalau kelebihan koran, terus korannya diapaain ya, dijadiin buat
taplak meja atau bungkus kacang atau jangan-jangan Jepang membuat binatang yang
suka makan koran. Tenang-tenang, nggak bakalan kok kayak gitu. Yang kudu kita
garis bawahi adalah keberanian penerbit untuk mencetak jumlah sebesar itu
adalah sebuah prestasi sekaligus menaruh kepercayaan kepada masyarakat bahwa
masyarakat di sana memang gila-gila membaca. Banyak lho penulis besar yang
berhasil karena diawali dari kebiasaannya membaca. Termasuk kamu. Kan lagi baca
nih, hehe…
Membaca adalah salah satu
cara untuk mendapatkan informasi yang bisa kita tuangkan dalam satu tulisan.
Percaya nggak menulis itu adalah suatu keterampilan, bukan bakat terpendam yang
banyak dikatakan orang. Bila dianalogikan, seperti seorang anak kecil yang
mulanya tidak bisa sama sekali mengayuh sepeda. Dia pasti mengawalinya dengan
sepeda roda tiga, kemudian beranjak roda dua meski masih tertatih-tatih, lalu
mengendarai dengan lancar dan kemudian mengganti sepeda yang lebih besar. Makin
sering kita latih, makin lihai pulalah kita menulis. Nah, dalam bersepeda kita
terkadang jatuh, berarti tulisan kita masih belum berkualitas di mata pembaca
karena kunci keberhasilan seorang penulis ada di pembaca, apa nanti menjadi
perpustakaan pribadinya atau hanya tergeletak di keranjang sampah.
Bila bicara untuk apa
menulis, kita berbicara pula tentang niat seseorang. Ada yang ingin sekadar
populer supaya masyarakat luas mengenal sosoknya atau juga ingin mencari uang
karena tulisannya sudah terbit di suatu media cetak tertentu. Yakinlah insya
Allah kepopuleran dan memiliki materi itu adalah efek samping dari kegiatan
kita menulis. Bersyukurlah karena niat utama kita adalah memberikan ilmu kepada
orang lain, berdakwah di jalan-Nya, mengucapkan diri, menyampaikan pikiran dan
perasaan serta bisa menjadi penolong seseorang. Bukankah ilmu yang bermanfaat
adalah salah satu pahala yang terus mengalir dan takkan pernah putus hingga
hari akhir. Subhanallah. Maka dari itu, sudahkah Anda menulis pada hari ini,
Kawan? Jikalau belum, mari kita menulis! Ikatlah ilmu dengan menuliskannya, pesan
Ali bin Abi Thalib r.a. Semoga bermanfaat.
Muhammad Ery Zulfian
0 komentar:
Posting Komentar