Selasa, 21 Januari 2014

MENULIS ITU BEGINI LHO!

Pernah dengar istilah seperti ini “Penulis yang baik adalah pembaca yang baik?” Ya, kebanyakan seorang penulis suka membaca, tetapi sebaliknya, seorang kutu buku belum tentu suka menulis. Gimana sepakat? Syukur bila banyak yang sepakat. Buat yang tak sepakat boleh tutup blog ini sekarang juga, hehe…

Nah, sidang pembaca yang budiman. Kalian tentu tahu kan sama Negara Jepang? Atau jangan-jangan ada yang sudah pernah ke sana? Selamat deh buat yang pernah mendaratkan kakinya di negara sakura itu.

Jepang pernah memberitakan bahwasanya koran terbesar mereka setiap harinya bisa terbit dengan jumlah oplah empat kali lebih besar dari jumlah penduduk Jepang itu sendiri lho. Wow amazing! Emang kalau kelebihan koran, terus korannya diapaain ya, dijadiin buat taplak meja atau bungkus kacang atau jangan-jangan Jepang membuat binatang yang suka makan koran. Tenang-tenang, nggak bakalan kok kayak gitu. Yang kudu kita garis bawahi adalah keberanian penerbit untuk mencetak jumlah sebesar itu adalah sebuah prestasi sekaligus menaruh kepercayaan kepada masyarakat bahwa masyarakat di sana memang gila-gila membaca. Banyak lho penulis besar yang berhasil karena diawali dari kebiasaannya membaca. Termasuk kamu. Kan lagi baca nih, hehe…

Membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang bisa kita tuangkan dalam satu tulisan. Percaya nggak menulis itu adalah suatu keterampilan, bukan bakat terpendam yang banyak dikatakan orang. Bila dianalogikan, seperti seorang anak kecil yang mulanya tidak bisa sama sekali mengayuh sepeda. Dia pasti mengawalinya dengan sepeda roda tiga, kemudian beranjak roda dua meski masih tertatih-tatih, lalu mengendarai dengan lancar dan kemudian mengganti sepeda yang lebih besar. Makin sering kita latih, makin lihai pulalah kita menulis. Nah, dalam bersepeda kita terkadang jatuh, berarti tulisan kita masih belum berkualitas di mata pembaca karena kunci keberhasilan seorang penulis ada di pembaca, apa nanti menjadi perpustakaan pribadinya atau hanya tergeletak di keranjang sampah.

Bila bicara untuk apa menulis, kita berbicara pula tentang niat seseorang. Ada yang ingin sekadar populer supaya masyarakat luas mengenal sosoknya atau juga ingin mencari uang karena tulisannya sudah terbit di suatu media cetak tertentu. Yakinlah insya Allah kepopuleran dan memiliki materi itu adalah efek samping dari kegiatan kita menulis. Bersyukurlah karena niat utama kita adalah memberikan ilmu kepada orang lain, berdakwah di jalan-Nya, mengucapkan diri, menyampaikan pikiran dan perasaan serta bisa menjadi penolong seseorang. Bukankah ilmu yang bermanfaat adalah salah satu pahala yang terus mengalir dan takkan pernah putus hingga hari akhir. Subhanallah. Maka dari itu, sudahkah Anda menulis pada hari ini, Kawan? Jikalau belum, mari kita menulis! Ikatlah ilmu dengan menuliskannya, pesan Ali bin Abi Thalib r.a. Semoga bermanfaat.

Muhammad Ery Zulfian

0 komentar:

Posting Komentar

© BUNGKUS KEHIDUPAN 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis